Pada perkembangannya Uni Sovyet melalui
KGB bekerja sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pelaksana dan
pengawas dari proyek pembangunan fasilitas pengembangan senjata biologi. Hal
tersebut ditentang oleh TNI yang berpendapat bahwa semua persenjataan baik
material maupun biologi harus dikontrol di bawah pengawasan militer untuk
keamanan negara. Konflik antara PKI dan TNI yang kian meruncing, sehingga
memaksa Presiden RI waktu itu yaitu Sukarno untuk menjadi penengah. Sehingga
dicapai kesepakatan bahwa proyek pengembangan senjata biologi berada di bawah
pengawasan dewan khusus dari TNI yang bernama 'Dewan Jenderal' dan pembangunan
dan pengelolaan fasilitas tersebut dilaksanakan oleh PKI. Atas perintah
presiden dibentuk juga sebuah unit khusus yang dipilih dari resimen Cakrabirawa
untuk mengamankan proyek rahasia senjata biologi dibawah komando 'Dewan
Jenderal'.
Namun setelah fasilitas pengembangan
senjata rahasia sudah dibangun. Penelitian mulai menyimpang dengan salah
satunya adalah menggunakan manusia sebagai bahan percobaan. 'Dewan Jenderal'
menentang hal tersebut sehingga membangkitkan konflik terpendam dengan PKI.
Konflik tersebut mengakibatkan dibunuhnya beberapa anggota 'Dewan Jenderal'
oleh sebagian dari resimen Cakrabirawa di bawah komando Letkol Untung yang
diam-diam telah membelot ke Sovyet dan menjadi agen KGB. Peristiwa tersebut
dikenal oleh rakyat Indonesia sebagai G30S/PKI. Dengan adanya peristiwa
G30S/PKI mengakibatkan demonstrasi besar-besaran yang menggulingkan kekuasaan Presiden Sukarno.
Peristiwa tersebut digunakan oleh Amerika
Serikat yang merupakan musuh Uni Sovyet, yang sudah lama mencium adanya
aktivitas pengembangan senjata Biologi di Indonesia. Melalui badan intelejennya
yaitu CIA, Amerika Serikat bekerja sama dengan TNI berusaha merebut fasilitas
pembuatan senjata biologi tersebut dari tangan Uni Sovyet. (BACA ONLINE GRATIS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar